Bangun dari Hibernasi, Gunung Api Terbesar Mauna Loa Meletus

Erupsi Gunung Mauna Loa Nampak dari Pemukiman Warga. Sumber: Twitter/@Matirodriguezh.


Gunung api aktif setinggi 4.169 meter di atas Samudra Pasifik yang terletak di Hawaii kembali meletus sejak hari Minggu, 27 November 2022. Letusan itu dimulai dari Moku'āweoweo, kaldera puncak Mauna Loa pada pukul 23.30 waktu setempat (pukul 16.30 WIB hari Senin di Indonesia). Gunung Mauna Loa telah melewati masa hibernasi terlamanya yaitu selama 38 tahun sejak bulan April tahun 1984.

Langit Hawaii seketika memerah dan terlihat semburan lava menyala dari puncak Mauna Loa. United States Geological Service (USGS) menyebut bahwa lava mengalir di satu sisi gunung, tetapi tidak membahayakan warga yang tinggal lereng gunung. Terlebih lagi, Biro Sensus AS menjelaskan bahwa penduduk Hawaii mayoritas bertempat tinggal di pinggir pantai.

USGS juga telah memperingatkan warga untuk tetap waspada terhadap gas dan abu vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung. Dinas Cuaca Nasional Amerika Serikat menjelaskan bahwa hujan abu vulkanik akan berpotensi mencemari air, merusak kendaraan dan bangunan, mengganggu saluran listrik dan pembuangan, merusak tumbuh-tumbuhan, serta menganggu kesehatan seperti iritasi mata dan paru-paru.

Agensi Manajemen Darurat Hawaii telah menyediakan dua pos perlindungan manakala sewaktu-waktu dibutuhkan. Namun, sejauh ini, agensi tersebut belum mengeluarkan informasi pengevakuasian serta menekankan bahwa tidak ada lava yang akan mengancam daerah berpenduduk.

Akibat letusan ini, jalur penerbangan di sekitar Mauna Loa menjadi terganggu. Banyak maskapai penerbangan dari Bandara Internasional Hilo yang membatalkan beberapa jadwal penerbangan.

Badan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat menyebut akan terus memantau letusan gunung dan akan mengeluarkan surat peringatan jika lalu lintas udara tidak sedang dalam kondisi yang aman.

Observatorium menjelaskan bahwa letusan yang dihasilkan oleh Mauna Loa itu bersifat dinamis dan pergerakan aliran lahar dapat berubah dengan cepat. Jika lava tetap berada di puncak, maka aliran lahar kemungkinan besar dapat terkurung di dalam dinding kaldera. Namun, jika lava berhasil menyembur keluar kaldera, maka lahar akan mengalir dengan cepat.

(Dimas Septo Nugroho)

Baca juga di berita online Harian Disway.

Comments

Popular Posts